Saturday 29 October 2016

STRATEGI EFEKTIF MENARIK CALON NASABAH BANK (Strategi adalah Ilmu Pilih Memilih)

STRATEGI EFEKTIF MENARIK CALON NASABAH BANK (Strategi adalah Ilmu Pilih Memilih)
I. Strategi adalah Ilmu Pilih Memilih
            Berbicara strategi tak ubahnya berbicara seni memilih.Banyak pilihan tersedia untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Setiap pilihan akan
membawa konskuensinya masing-masing. Setiap orang bebas memilih apa pun dan dengan cara apa pun, namun yang tidak boleh  dipilih adalah akibat dari pilihan yang ditetapkannya. Sebagai ilustrasi sederhana; pada saat ini kita berada di ruangan ini untuk suatu tujuan, artinya kita telah menjatuhkan satu pilihan. Pada saat ini juga  kita menolak tawaran dari luar, kita mengorbankan kesenangan di luar, pun kita menafikan  peluang bisnis berseliweran yang ada di luar sana. Keputusan untuk berada di sini pastilah melalui pertimbangan panjang sebelumnya. Dasar pertimbangan yang digunakan adalah menyaring  informasi dengan cara sensing, thinking, feeling atau pun intuiting.
            Berbicara bank dan nasabah seperti halnya berbicara antara perangko dan lem. Keduanya terjadi dan menjalin  interdependensi mutualistis. Yang satu tidak bisa over-claim bahwa lebih berperan dari yang lain. Maka idealnya antara keduanya harus didekatkan dalam situasi suka maupun duka untuk tujuan yang sama, yakni tercapainya tujuan masing-masing dengan tanpa mencederai pihak lain. Para ahli merumuskan bahwa bank bertugas; menciptakan uang giral, memperlancar pembayaran, menghimpun dana masyarakat, menyimpan asset masyarakat dan memberikan jasa lain atas transaksi masyarakat. Sekalipun demikian, masyarakat dalam hal ini nasabahlah the power resolution of  trust dari kegiatan perbankan. Segalanya berbasis pada masyarakat; dari oleh dan untuk masyarakat. Merekalah pemilik kedaulatan penuh atas kebijakan.

            Untuk menjalankan kegiatan perbankan, tidak ada kata lain kecuali memahami seluk beluk tentang masyarakat. Mochtar Lubis dalam ”manusia Indonesia” menyebutkan ciri kita sebagai orang Indonesia. Ada tujuh ciri khas manusia Indonesia; feodal, hipokrik, pandai berkilah,  senang pujian, artistik, percaya tahayul dan pemboros. Sampai sekarang tidak ada yang membantah atas terbitnya buku tersebut. Sebaliknya banyak kalangan membahasnya dan justru dijadikan rujukan untuk menentukan cara untuk mengenal orang Indonesia. Tampak terkesan aneh, orang Indonesia belajar memahami corak orang Indonesia. Tidak jadi apa, yang begini ini bagian dari dinamika. Paper ini akan berbicara seputar nasabah, yang orang Indonesia,yang  corak komunikasinya seperti yang telah ditulis di atas. 

No comments:

Post a Comment